Pernahkah Mendengar Poliomyelitis

Pasien polio mengalami kelumpuhan pada ekstremitas bawah


Tahukah itu Polio

Sobat secangkir terapi, penyakit poliomyelitis sesungguhnya bukanlah penyakit primer yang mengenai otot, akan tetapi penyakit yang menyerang myelum.

Pada penyakit poliomyelitis atau oleh masyarakat luas dikenal dengan penyakit polio, yang terserang adalah sel-sel motorik yang terdapat di bagian anterior atau muka dari myelum tadi.

Myelum adalah persarafan pada tulang belakang manusia, dimulai dari C1 sampai L5. Dalam bahasa awam myelum disebut juga dengan sumsum tulang belakang manusia.

Nah pada polio, pasien yang terserang sumsum tulang belakang (myelum) akan mengalami kelemahan pada otot - otot motorik sehingga pasien mengeluhkan perbedaan bentuk pada tungkai ataupun tangan.

Etiologi Polio

Pasien yang terserang polio disebabkan oleh virus, yang ditemukan oleh Heine Medin pada tahun 1840. Virus tersebut masuk melalui tubuh anak - anak dengan gejala tonsil di dalam usus mereka.

Virus akan bergerak progresif di dalam darah dan urat syaraf manusia dan berkembang biak dengan cara menempel dan membuat kerusakan di dalam sel - sel sumsum tulang belakang manusia.

Kejadian tersebut membuat persarafan dari sumsum motorik tulang belakang manusia menjadi rusak dan terjadi peradangan atau inflamasi. Terkadang virus tadi masuk kedalam sistem yang lebih dalam yang mengenai bulbus.

Pada beberapa kasus polio juga mengenai cerebrum (otak), dimana membuat lesi saraf - saraf motorik dan akhirnya pasien mengalami kelumpuhan. Virus tersebut sifatnya terlokalisir dan menempel pada saraf dan pada saraf tersebut, maka daerah persarafan perifer motorik terjadi kelayuan.

Adapun otot - otot yang mengalami kelumpuhan tergantung sumsum tulang belakang,  dimana virus tersebut merusak. Pada poliomyelitis sifat kerusakan motorik tidak bersifat simetris atau disebut asimetris segmental, anak - anak yang terserang polio rata - rata berumur diantara 2 - 6 tahun.

Di Indonesia juga ditemukan bahwa kasus polio juga pernah mengenai anak berumur 1 tahun dan tidak menutup kemungkinan orang dewasa pun juga bisa terserang polio.


Patologi Polio

Penyakit polio masuk kedalam tubuh manusia dengan mengadakan reaksi antigen. Jika seseorang mempunyai antigen yang kuat, maka orang tersebut tidak mudah untuk terserang oleh virus polio, sebab virus tersebut terikat kuat oleh antigen itu.

Pada polio, yang berbahaya adalah jika virus itu sudah merusak sistem pernapasan pada anak - anak, maka harapan hidup anak tersebut menjadi rendah dan akhirnya bisa meninggal.

Begitu juga jika sistem bulbus yang terserang maka anak tersebut juga mempunyai harapan hidup menjadi rendah.

Pada penyakit polio stadium akut, jenis penyakit ini mirip dengan gejala influenza, dimana gejala tersebut lebih menonjol ke gejala meningitis disertai nyeri di otot - otot tubuh.

Gejala Saat Terjadi Polio

  1. Rasa nyeri pada otot - otot tubuh, dikeluhkan pasien polio sebagai gejala awal akan terjadinya kelayuan atau kelumpuhan pada sistem motorik tubuh.  (akut stadium)
  2. Otot - otot tubuh mengalami spasme. (akut stadium)
  3. Sifat kelumpuhan berbentuk asimetris dan segmental. (stadium prodogmal).
  4. Temperatur tubuh pasien akan mengalami kenaikan dan kemudian turun normal dalam waktu cepat dalam waktu 1-2 hari.  (stadium prodogmal).
  5. Pada stadium reconsvalescent selama 3- 6 bulan,  pasien akan mengalami fleksid paralis (lumpuh otot seperti tak berdaya).
  6. Terlihat adanya oedem disekitar sumsum tulang belakang akibat inflamasi (peradangan) dilihat dari CT Scan.
  7. Pada masa reconsvalent berlangsung sampai 2 tahun, jika tidak ada perbaikan tonus otot motorik maka akan menjadi masa late-reconsvalent (masa penyembuhan yang terlambat) sehingga pasien akan mengalami hipertropi.
  8. Deformitas (perubahan) otot - otot tubuh pasien mulai nampak saat masa late reconsvalent, dimana terjadi perubahan masa otot pasien menjadi kecil, daripada ekstremitas yang sehat.
  9. Bentuk deformitas adalah asimetris pada tubuh
  10. Setelah 2 tahun pasien mengalami residual polio, dimana perbaikan otot tidak dapat dilakukan lagi.

Terapi Pada Pasien Polio

Dokter pada umumnya akan memberikan suntikan antigen virus disaat masa sebelum prodogmal.

Perawat dan Bidan bertugas memberikan suntikan anti polio di Posyandu terdekat, agar pencegahan sedini mungkin polio dapat dicegah.

Fisioterapi bertugas menggerakkan secepatnya pada ekstremitas tubuh yang sehat dan sakit, seperti melatih merangkak, duduk, berdiri, berjalan, dan berlari.

Pasien polio kebanyakan mengalami bad posture, seperti: skoliosis, hiperlordosis, lordosis, sehingga perlu dilakukan perbaikan postur pasien.

Tugas lain Fisioterapi untuk memperbaiki postur, memasang splint, brace, melatih dengan hidroterapi, dll

Namun jika masa sudah memasuki residual polio, maka usaha dokter dan fisioterapi menjadi sia - sia, dan pasien harus rela dengan kelumpuhannya.

Ahli Gizi berperan penting dalam memberikan nutrisi yang bagus, seperti makanan sehat bergizi dan vitamin.

Cara Terapi yang Benar pada Anak Polio

  1. Saat masa post akut, sebaiknya pasien segera dirawat di bagian khusus rehabilitasi anak, dilakukan recovery secepatnya sebelum masa resudial polio datang.
  2. Pasien harus diberikan nutrisi yang bagus dan bergzi, vitamin, dan minum yang cukup.
  3. Setekah kurang lebih 2 minggu setelah panas turun, maka tidak dibenarkan pasien untuk dipijat, menggunakan terapi elektroterapi atau suntikan membuat anak takut, gelisah dan menangis.
  4. Pada stadium akut, pasien harus dijaga agar tidak sampai kecapekan dengan berbagai macam terapi.
  5. Pasien harus di hibur dan di baringkan di tempat tidur dengan rileks, seperti bantal atau bahan lain yang menyenangkan.
  6. Jaga supaya pasien tidak terjadi wesel ligging (terjepit pada ekstremitas tubuh) karena posisi tidur yang salah.
  7. Pasien setiap hari harus di review MMT ( manual muscle testing) atau test kekuatan otot, agar kelayuan dapat dipantu dan diperbaiki.
  8. Jika terjadi kekauan otot, maka fisioterapi wajib melakukan pasien dengan terapi CPM (contrak rileks pasive moventment) dan malam harus memakai splint sewaktu pasien tidur, jika ada.
  9. Pada masa reconsvalent pasien polio sebaiknya dilatih fisioterapi di dalam kolam renang atau pakai hidroterapi secukupnya atau jangan sampai kecapekan sehingga terjadi exercise di ektremitas tubuh pasien.
  10. Latihan yang berat dan capek membuat otot menjadi cepat rusak, sehingga hindari exercise berlebihan pada pasien polio.
  11. Kebanyakan pasien polio akan mengalami pemendekan otot tricep surae dan deltoid, karena pemendekan otot, jadi masa reconvalents sebaiknya pasien dilatih jangan sampai over stretch.
  12. Penggunaan alat elektroterapi dan galvanik selama terapi harus diwaspadai, penggunan kejutan otot yang berlebih mengakibatkan pasien menjadi shock karena kontraksi penuh dan merusak otot motorik.
  13. Untuk massage atau pemijatan seharusnya di serahkan kepada orang yang mengenal patofisiologi pasien tersebut.
  14. Penggunaan ADL (aktivitas daily living) sangat perlu diajarkan oleh terapis, untuk membantu pasien dalam memenuhi aktivitas hidup, seperti cara memegang sendok, cara minum, dll
  15. Penggunaan brace pada pasien polio perlu diwaspadai, misal pada gangguan otot quadrisep yang lembek, maka pemberian brace pada otot lutut mengakibatkan genu recurvatum, karena imbalance otot.
  16. Penggunaan splint lebih tepat daripada brace karena over stretch otot membuat pasien polio menjadi rusak pada motorik ototnya.
  17. Penggunaan obat herbal memang tidak harus dilakukan, mengingat efek obat tersebut belum diuji secara kinis kearah perbaikan saraf motorik pasien, sehingga perlu konsultasi dokter.
  18. Jika pasien polio berumur 13 tahun dengan keluhan triple artodesis, sebaiknya dilakukan operasi tulang karena mengganggu dalam aktivitas berjalan.
  19. Pada masa spontaneus recovery, sebaiknya pasien polio tidak diberikan obat - obatan dokter, sebab akan membuat prognose pasien semakin memburuk
  20. Pasien polio kebanyakan mengalami bad posture, seperti: skoliosis, hiperlordosis, lordosis, sehingga perlu dilakukan perbaikan postur pasien.
  21. Program MMT (manual muscle testing) sangat dianjurkan agar pasien dapat dipantau setiap minggu perkembangan otot dan kelayuannya.

Gejala penyakit poliomyelitis dan penyakit myodistropia adalah mirip, namun berbeda kerusakannya, dan artikel kami berikutnya membahas persamaan dan perbedaan polio dan myodistropia, semoga artikel kami bermanfaat dalam penyembuhan anak polio.

DONASI LEWAT PAYPAL Mohon bantu berikan donasi apabila artikel ini memberikan manfaat. Terimakasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1



Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel