Mengenal Penyakit Difteri Secara Klinis

penyakit difteri disebabkan oleh mikrobakterium Corynebackterium Diphteria

Sobat secangkir terapi, penyakit difteri merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh mikro bakteri Corynebacterium Diphteriae dimana secara klinis penyakit tersebut diakibatkan oleh eksotoksin dimana menyerang pada kondisi akut.

Mengenal bakteri Corynebacterium penyebab difteri

Udara yang mengandung beberapa partikel oksigen dan bakteri Corynebacterium secara tidak langsung akan terhirup oleh manusia dan saat daya tahan menurun, maka bakteri tersebut aktif membuat infeksi dan koloni pada tubuh manusia.

Jenis bakteri ini sangat kecil, maka disebut dengan mikro bakteri dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop khusus, bakteri tersebut membuat koloni di area pernapasan atas yaitu hidung, tenggorokan, laring, faring dan menimbulkan peradangan akut dimana kondisi tersebut memicu obstruksi pernapasan.

Bakteri Corynebacterium melakukan infeksi pada selaput lendir (membran) dimulai dari hidung dan berkembang ke area yang lebih dalam yaitu tenggorokan dan berpotensi menularkan kepada orang lain sehingga jenis penyakit ini menular dan mengancam jiwa seseorang jika lambat dalam penanganan dan pengobatan.


Kenapa penyakit difteri berbahaya dan menular ?

Penyakit difteri menjadi berbahaya penjelasannya begini sobat secangkir terapi, kami menjelaskan gambaran penyakit ini dimulai dari riwayat perjalanan penyakit dimana bakteri itu akan menimbulkan peradangan akut dimana jalan napas terjadi obstruksi dan selanjutnya seseorang yang positif menderita difteri akan mengalami gejala primer dimana bakteri Corynebackterium yang sudah membuat koloni akan menghasilkan racun (eksotoksin).

Racun eksotoksin dari bakteri tersebut akan merusak pertumbuhan sel-sel dalam jalan pernapasan atas yaitu pada tenggorokan dimana laring dan faring yang menjadi korban perusakan oleh bakteri itu, sehingga sobat secangkir terapi bisa membayangkan seperti di bawah.


Gejala Corynebacterium menimbulkan bekas membran abu-abu tipis dan akhirnya jika laring dan faring rusak, maka sobat secangkir terapi bisa membayangkan sendiri bagaimana jika faring dan laring Anda rusak, pasti akan membuat penderita meninggal dan kasus ini masuk ke dalam kasus penyakit menular dan berbahaya.

Gejala sekunder penyakit difteri yaitu dari racun (eksotoksin) akan menyebar ke dalam aliran pembuluh darah pasien dan akhirnya menimbulkan gejala sekunder dan memicu gejala lain yaitu penyakit jantung, menyerang sistem syaraf dan beberapa kasus difteri ditemukan gejala penyakit kulit.


Klasifikasi penyakit difteri

Secara patofisiologi penyakit difteri dikelompokkan menjadi 3 jenis penyakit yaitu:
  1. Difteri tonsil dan laring
  2. Difteri  respiratorik
  3. Difteri hidung

Pembagian secara klinis penyakit difteri tersebut disebabkan oleh peradangan akut dimana gejala penyakit ini mirip dengan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasasan Akut).

Pada umumnya keluhan pasien yang menderita difteri hampir sama dengan kejadian ISPA namun ada perbedaan khas dimana penyakit difteri ditandai dengan anorexia (gangguan menelan) tapi untuk kasus ISPA tidak ada gejala anorexia.


Gejala penyakit difteri

Kasus penyakit difteri mempunyai gejala yang berbeda dengan penyakit ISPA yaitu sebagai berikut

Gejala umum difteri

  • Terdapat membran pada tonsil dan dinding faring dimana ada bentuk tonjolan khas
  • Bentuk membran tersebut adalah putih kelabu dan tebal
  • Terdapat Oedem
  • Bagian tepi membran hiperemis
  • Jika tonjolan tersebut di lakukan operasi pengangkatan, maka akan menimbulkan pendarahan dan susah untuk diangkat

Gejala lain difteri

  • Pada jenis difteri hidung akan ditemukan sekret serosanguinus (ingus yang kental)
  • Terjadi infeksi pada lubang hidung bagian atas bibir
  • Pada difteri tonsil dan faring ditemukan gejala dengan sakit saat menelan, anorexia
  • Terjadi pembesaran kelenjar submandibularis
  • Pada difteri laring dan tonsil akan nampak gejala gangguan suara dimana terjadi gejala serak
  • Terjadi sianosis
  • Terjadi retraksi dinding thorak dimana napas menjadi susah


Untuk kasus difteri laring sobat secangkir terapi bisa menegakkan diagnosa penyakit tersebut dengan pemeriksaan laringoskopi.

Apabila hasilnya dalam pemeriksaan tersebut positif, maka identifikasi kasus difteri positif pasien mengalami suspek difteri.

Pada umumnya penderita difteri tidak menyadari bahwa penderita terinfeksi sebelumnya namun tidak menunjukkan gejala seperti di atas sehingga, pemeriksaan penunjang kasus difteri bisa diketahui dengan adanya batuk rejan, pembesaran kelenjar limfe pada leher, demam dan pilek yang bercampur darah sehingga identifikasi kasus difteri menjadi lengkap bahwa pasien positif terinfeksi difteri.


Kasus sekunder penyakit difteri

Apabila eksotoksin sudah menyebar ke dalam jaringan peredaran darah yang di bawa oleh microbacterium penyebab difteri, maka pasien akan mengalami komplikasi difteri seperti:

Penyakit Jantung

Eksotoksin yang terbawa oleh aliran darah akan menimbulkan peradangan pada miokarditis atau otot jantung sehingga pasien akan mengalami aritmia dimana detak jantung tidak stabil dan sewaktu-waktu akan menimbulkan gagal jantung dengan resiko kematian mendadak (penyakit silent killer).

Penyakit Saraf

Eksotoksin yang dikeluarkan oleh bakteri penyebab Difteri akan mengganggu sistem saraf pusat dan tepi dimana akan terjadi paralisis (kelumpuhan) pada anggota gerak atas dan bawah dengan gejala umum yaitu kelumpuhan kaki dan tangan secara tiba-tiba.


Penyakit Diafragma

Eksotoksin yang dikeluarkan oleh bakteri difteri akan memicu terjadinya peradangan pada diafragma sehingga pasien yang mengalami paralisis pada otot diafragma harus dibantu dengan alat bantu pernapasan atau respirator.

Jika diafragma tidak berfungsi, maka sobat secangkir terapi akan mengalami gagal napas dimana fungsi dari diafragma sebagai alat pernapasan.

Penyakit Kulit

Eksotoksin yang dikeluarkan oleh bakteri difteri menimbulkan gejala sianosis atau kebiru-biruan pada kulit disertai peradangan akut yang tidak kunjung sembuh dengan minum antibiotik.

Penyakit kulit tersebut akan memicu terjadinya gejala sekunder lain yaitu timbul borok dengan gejala kronis pasien akan mengalami gatal-gatal kulit disertai oedem pada kulit.


Cara penularan penyakit Difteri

Cara penularan penyakit ini sangat mudah melalui udara bebas yang kita hirup dimana terdapat partikel udara atau debu yang mengandung Corynebacterium penyebab penyakit difteri.

10 cara penularan kasus difteri

  1. Pasien difteri menularkan penyakit kepada orang lain dengan bersin
  2. Percikan ludah yang keluar saat bicara kepada orang lain
  3. Pasien difteri meninggalkan bekas bibir pada gelas atau sendok dan tidak dicuci bersih lalu di pakai orang lain
  4. Susu yang mengandung bakteri difteri
  5. Penggunaan handuk yang bergantian dimana keringat dan lendir bekas handuk terinfeksi
  6. Berbagi sapu tangan dengan penderita difteri
  7. Kebiasaan mencium uang kertas yang terindikasi ada bakteri difteri
  8. Sanitasi lingkungan yang buruk
  9. Ada potensi gangguan imunitas seperti AIDS
  10. Mengunjungi negara yang terindikasi difteri dan tertular

DONASI LEWAT PAYPAL Mohon bantu berikan donasi apabila artikel ini memberikan manfaat. Terimakasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1



Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel