Cidera Olahraga dan Pengelompokan Berdasarkan Traumatik Syndrome

cedera olahraga terdapat berbagai macam jenis dan bentuk




Cedera Olahraga Dan Traumatik Syndrome

Sobat secangkir terapi, seperti yang kita ketahui olahraga merupakan kebutuhan penting bagi setiap orang dalam kehidupan. Baik olahraga prestasi maupun rekreasi, setiap orang selalu punya keinginan untuk rutin dalam berolahraga di sela sela aktivitas yang padat.

Oleh karena waktu yang padat, persiapan olahraga pun akhirnya terburu-buru dan kurangnya adaptasi tubuh sebelum berolahraga. Kondisi ini rentan sekali menimbulkan gangguan cedera.

Cedera dalam berolahraga menjadi momok yang menakutkan apabila kita mengalami cedera olahraga dan bisa menimbulkan trauma dalam berolahraga. Oleh sebab itu kita hendaknya mengetahui tipe-tipe cedera olahraga.

Cedera olahraga dapat digolongkan atas 2 kelompok besar

1. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption)

Seperti : lecet, lepuh, memar, lebam otot, luka, strain otot, sprain sendi, dislokasi sendi, fraktur tulang, trauma kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah atau dikenal dengan trauma akut. 

Penanganannya sama dengan penanganan cedera/trauma bukan karena olahraga.

2. Kelompok sindroma penggunaan-berlebihan (overuse syndromes)

Yang lebih spesifik berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tennis elbow, golfer’s elbow, 'little elbow' elbow, swimmer’s shoulder, jumper’s knee, runner’s knee, tennis leg, shin splints, stress fracture pada tungkai dan kaki, 

Atau yang kurang spesifik seperti : tendinitis Achilles, Osgood Schlatter's disease yang mengenai lutut atlet anak dan atlet usia muda, artritis degeneratif yang mengenai pelaku olahraga usia diatas 40-45 tahun.
    Mayoritas cedera olahraga adalah karena overuse. Oleh karena itu, tulisan Hippocrates lebih 2.000 tahun yang lalu tersebut, masih relevan untuk diperhatikan.

    Disamping itu terdapat problema medik lain pada kegiatan olahraga yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, sebab tidak jarang menimbulkan masalah yang serius sampai kepada kematian, yang oleh Kulund, dikategorikan sebagai Heat Disorders (Gangguan Panas).

    Heat Disorders ini sering hanya dikaitkan dengan heat stroke.


    Heat Disorders

    Kulund membagi 4 kategori heat disorders :
    1. Circulatory instability (sistem sirkulasi darah yang tidak stabil)
    2. Water-Electrolyte Balance Disorders (Gangguan keseimbangan elektrolit tubuh)
    3. Heat stroke
    4. Heat hyperpyrexia


    Pada Circulatory Instability membawa kepada heat syncope, peserta olahraga merasa limbung (ligth headed) atau rasa bergoyang (dizzy), mau muntah dan rasa lemas, nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun. Jika ditolong cepat, dengan membaringkannya, kondisi untuk memulihkan gejala diatas dapat segera diobati.


    Gangguan keseimbangan air-elektrolit (Water-Electrolyte Balance Disorders)

    Pada gangguan keseimbangan elektrolit dapat menimbulkan:

    1. Heat edema.

    Pembengkakan pergelangan kaki dan kaki pada saat awal terkenal panas, yang mungkin karena tertumpuknya darah di tungkai.

    2. Water-Depletion Heat Exhaustion (Heat Exhaustion karena kekurangan air)

    Gangguan ini pada umumnya terjadi akibat panas, berpeluh banyak atau dapat karena kekurangan cairan akibat diare. Temperatur rektal meningkat, nadi dan frekuensi pernafasan meningkat, elastisitas kulit menurun (turgor jelek), pipi dan mata menjadi cekung.

    Atlet akan mengeluh rasa tebal dan kesemutan (tingling-numbness) pada ekstremitasnya, dapat menjadi gelisah, histeris dan kehilangan koordinasi. Dapat berlanjut ke hipotensi, kegagalan sirkulasi dan gagal ginjal, pucat, dapat heat stroke, koma dan meninggal.

    3. Salt-Depletion Heat Exhaustion (Heat Exhaustion karena kurang garam)

    Pada gangguan ini akan terjadi pada kondisi terlalu banyak minum air tanpa garam, muntah dan diare. Kondisi umumnya berjalan dalam 3-5 hari.

    Temperatur badan mungkin normal atau subfebris, merasa lelah, sakit kepala, nausea, muntah, dapat diare atau sebaliknya konstipasi, dan kram otot.

    Demikian informasi cedera olahraga dan pengelompokan berdasarkan kasus trauma yang mengenai atlet dan olahragawan.


    DONASI LEWAT PAYPAL Mohon bantu berikan donasi apabila artikel ini memberikan manfaat. Terimakasih.

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1



    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel